Jumat, 02 Juni 2017

Perkembangan Manufaktur di Indonesia dari Arus Revolusi Industri

Revolusi  Industri adalah perubahan besar dalam bidang produksi dengan tenaga mesin yang menggantikan tenaga manusia untuk melakukan kegiatan produksi. Revolusi Industri ini pertama kali muncul di Inggris melalui banyak percobaan yang dilakukan selama ± 50 tahun dan menghasilkan penemuan-penemuan baru yang menggantikan tenaga manusia. Istilah Revolusi Industri ini pertama kali dikenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-Auguste Blanqui pada pertengahan abad ke-19. Perubahan karena Revolusi Industri ini mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi dan politik masyarakat yang terkena Revolusi Industri dan merubah kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan, pembagian sistem dan tata kerja Industri dan proses pemasarannya.  Latar belakang adanya Revolusi Industri adalah karena Inggris memiliki modal yang cukup untuk mengembangkan Industri, kekayaan alam Inggris berupa barang tambang, ketekunan masyarakat Inggris dalam mengambangkan alat teknologi melalui penelitian ilmiah dan letak negara Inggris yang strategis di Laut Atlantik yang merupakan jalur perdagangan Eropa-Amerika.
Pada pertengahan abad ke-19, Revolusi Industri mencapai puncaknya setelah mengalami perkembangan. Sekitar tahun 1850, kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum dengan berbagai perkembangan mesin, diantaranya mesin tenaga uap, rel kereta api dan di akhir abad berkembang mesin pembangkit listrik dan mesin kombusi dalam.
Proses Revolusi Industri di Eropa melalui beberapa tahap perkembangan, yaitu :
1.      Domestic System (Tahap kerajinan rumah),
2.      Manufactur (industrialisasi/pembangunan pabrik),
3.      Factory System (Tahap industrialisasi peralatan produksi)

Revolusi Industri sendiri sampai ke Indonesia sekitar abad ke-19 melalui para penjelajah Inggris dan Belanda yang berlayar dan bertujuan untuk mencari rempah-rempah di Indonesia pada era Imperialisme modern dan sekaligus menerapkan  Industrialisasi di Indonesia.  Revolusi ini tidak mendapat penolakan dan perlawanan dari rakyat Indonesia karena pada saat itu Indonesia masih di bawah kekuatan kolonial, akibatnya masyarakat dipaksa untuk menerima sistem perubahan besar ini. Dan pada saat pemerintahan kolonial tersebut, berbagai macam sistem diterapkan oleh pemerintah dan beberapa kaum majikan, diantaranya ada culture stelsel, politik pintu terbuka, politik etis dan sistem land rent.
Pada awal abad ke-18 dan ke-19, Indonesia yang saat itu masih dalam pengaruh kekuasaan bangsa asing yaitu Belanda dan Inggris membawa dampak dan perubahan yang cukup besar dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia, antara lain:
1.      Indonesia menjadi daerah eksploitasi karena sumber daya alamnya yang bisa dimanfaatkan dan diperlukan sebagai bahan baku industry bangsa Barat.
2.      Masuknya para pemodal asing yang mendirikan pabrik-pabrik besar, seperti pabrik gula dan pabrik kopi.
3.      Mulai adanya sistem pembagian kerja dengan berdirinya pabrik-pabrik yang ada.
4.      Mulai diadakan pembangunan jalur darat secara besar-besaran oleh pemerintah kolonial di Pulau Jawa untuk  melancarkan mobilitas dan kegiatan perdagangan, terutama di bidang transportasi kereta api.
5.      Terjadi urbanisasi besar-besaran di kota-kota besar di Pulau Jawa terutama Jakarta dan Surabaya untuk mendapatkan pekerjaan di Industri.
6.      Pemerintah kolonial mengenalkan masyarakat Indonesia dengan teknologi canggih untuk melancarkan produksi barang.
7.      Perubahan paham Kapitalisme Muda (neo capitalism) yang berkembang menjadi Kapitalisme Modern (modern capitalism).
Namun, dari dampak positif yang diberikan Revolusi Industri ini kepada Indonesia juga ada dampak negatifnya, antara lain :
1.      Upah buruh yang ditentukan oleh majikan tergolong rendah.
2.      Munculnya pertentangan antara kaum proletar (buruh) dengan kaum borjuis (majikan).
3.      Kaum buruh menjadi objek pemerasan kaum majikan dengan cara bekerja dengan waktu yang diperpanjang atau dengan waktu hampir satu hari tetapi dibayar dengan upah rendah.
Dengan adanya dampak-dampak negatif tersebut, pemerintah berusaha mengatur industri-industri tersebut agar dikelola dan diatur oleh pemerintah supaya kepentingan-kepentingan buruh dapat terjamin. Keputusan pemerintah ini juga mendorong munculnya paham sosialisme di Indonesia.
Pengaruh Revolusi Industri dibidang Manufaktur, setelah kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat khusus untuk bekerja agar majikan dapat mengawasi dengan baik cara mengerjakan dan mutu produksinya. Sebuah manufaktur (pabrik) dengan puluhan tenaga kerja didirikan dan biasanya berada di bagian belakang rumah majikan. Rumah bagian tengah untuk tempat tinggal dan bagian depan sebagai toko untuk menjual produknya. Hubungan majikan dengan pekerja (buruh) lebih akrab karena tempat kerjanya jadi satu dan jumlah buruhnya masih sedikit. Barang-barang yang dibuat kadang-kadang juga masih berdasarkan pesanan.
Pengaruh Revolusi Industri di bidang Ekonomi. pada saat itu ditandai dengan  pembangunan daerah-daerah industri yang dilakukan secara besar-besaran dan berpengaruh tidak hanya pada kuantitas barang yang produksi tapi juga pada kualitas barang yang ikut turut serta mendorong masyarakat dan kaum borjuis untuk memperbaiki hasil produksi mereka.
Pengaruh Revolusi ini di bidang politik, dapat dilihat dari adanya kesenjangan antara kaum proletar dengan kaum borjuis yang menimbulkan kesenjangan sosial, munculnya paham-paham baru yang menggantikan atau melengkapi paham sebelumnya telah ada, dan berkembangnya paham Liberalisme yang pada awalnya hanya berkembang di Inggris ketika berlangsung Revolusi Agraria dan Revolusi Industri ini.
Dalam bidang Sosial, Revolusi ini juga berpengaruh bahkan sampai era Reformasi saat ini. Ini bisa dibuktikan dengan beberapa kejadian yang setiap tahunnya selalu berulang, yaitu Demo Buruh. Demo Buruh selalu dituntut oleh kaum buruh karena sejak masa awal pengaruh Revolusi Industri di Indonesia, kaum buruh sudah menjadi objek pemerasan kaum majikan dengan cara bekerja dengan waktu lebih tetapi dibayar dengan upah rendah. Ini menunjukkan jika masyarakat menyikapi Revolusi Industri saat ini berbeda dengan kaum buruh saat itu yang menganggap Revolusi Industri sebagai sebuah sistem. Di era saat ini, Revolusi Industri sudah menjadi penyebab berbagai macam masalah yang dituntut penyelesaiannya oleh kaum buruh, misalnya saja masih ada konflik antara penetapan dan pemberian UMR bagi para buruh yang dinilai kurang sesuai dengan penetapan jam kerja dan tenaga yang mereka gunakan untuk bekerja, kasus lainnya juga ada masalah outsourcing atau sistem kerja kontrak yang juga merugikan para pekerja yang sewaktu-waktu bisa diberhentikan dari pekerjaannya dan para buruh juga menuntut agar sistem outsourcing ini bisa dihapuskan oleh pemerintah, masalah lainnya juga yang paling banyak menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi pengangguran adalah kurangnya lapangan kerja bagi mereka yang kalah saing dalam hal kualitas serta rendahnya rasa sadar diri untuk bisa menciptakan peluang usaha dan bukannya hanya bergantung pada kaum borjuis sebagai penyedia lapangan kerja. Permasalahan tersebut juga tidak lepas dari adanya kesenjangan sosial antara kaum protelar dengan kaum borjuis yang berlangsung sejak awal Revolusi Industri berpengaruh.
Revolusi Industri yang berkembang pada awal abad ke-19 masih bisa kita rasakan saat ini, khususnya di bidang teknologi yang semakin maju pesat dengan adanya penemuan-penemuan baru atau pengembangan  dari sistem/teknologi sebelumnya yang mempengaruhi kehidupan saat ini. Pesatnya perkembangan IPTEK dan kualitas sumber daya manusia yang semakin mengejar target juga tidak lepas dari Revolusi Industri. Berbagai alat transportasi mulai dari jalur darat, laut dan udara selalu ada perkembangan seperti berkembangnya satu sistem kereta api yang akan selalu diperbarui seiring dengan bertambahnya pengetahuan manusia sebagai sumber daya yang memproduksi barang tersebut sebagai contoh hasil pengembangan teknologi yang telah dirintis pasa masa revolusi industri. Berbagai macam alat-alat canggih saat ini merupakan bukti dari kemajuan teknologi yang telah dirintis sejak Revolusi Industri.
Industri manufaktur Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang baik. Berdasarkan laporan statistik berjudul “International Yearbook of Industrial Statistics 2016”, industri manufaktur di Indonesia dilaporkan telah memberikan kontribusi hampir seperempat bagian dari produk domestik bruto (PDB) nasional. Bahkan Direktur Jenderal Orgaisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO) mengakui Indonesia sebagai negara urutan ke-10 dunia di industri manufaktur. “Berdasarkan laporan UNIDO, saat ini Indonesia berhasil mencapai rangking 10 besar negara industri manufaktur di dunia atau top ten manufacturers of the world,” kata Li Yong dalam keterangan tertulisny. Li Yong melihat industri di Indonesia cenderung bisa bertahan di tengah gempuran ekonomi. Ia pun mengapresiasi kerja sama yang akan dilakukan dengan UNIDO. Kerja sama ini meliputi 13 Sektor. Saat ini baru ada 5 sektor yang tengah berlangsung. Namun, ke depannya 8 sektor lain juga akan turut dikembangkan. Kerja sama di bidang Industri ini bernilai US$ 40 juta atau setara dengan Rp 528 miliar. Komitmen ini ditandai dengan penandatanganan UNIDO-Indonesia Country Programme 2016-2020 oleh Menteri Perindustrian RI Saleh Husin dengan Dirjen UNIDO Li Yong. Ke depannya, akan ada delapan proyek lagi yang akan dikembangkan oleh Kementerian Perindustrian.
Industri manufaktur di Indonesia pada tahun 2017 mulai menggeliat sebagian produknya telah berhasil nienguasai pangsa pasar dunia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi akan berada di posisi tiga besar setelah Tiongkok dan India. Penjelasan tersebut disampaikan Komisaris Independen BCA dan Unilever Indonesia Cyrillus Harinowo dalam acara diskusi Kebangkitan Industri Manufaktur Indonesia di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEE) Universitas Gadjah Mada (UGM). "Saat ini Indofood, Wings, Mayora, Garuda Foods, ABC, Dua Kelinci, Teh Sosro, Ultra Jaya adalah nama para pemain lokal yang semakin menggurita”. Bangkitnya industri manufaktur Indonesia ditunjukkan dengan mulai menguasai pangsa pasar dunia. Oleh karena itu, kekuatan ekonomi ini menjadi modal bagi Indonesia untuk menuju ASEAN Economic Community pada tahun 2015. Kebangkitan industri Indonesia telah terjadi dan jauh melampaui laporan Badan Pusat Statistik (EPS). Industri makanan dan minumanpertumbuhannya telah mencapai double digit Bidang industri otomotif mesin dan elektronikajugamengalamaipertumbuhan pesat di atas 20 persen. la mengatakan, berdasarkan laporan BPS, industri kayu, pulp, paper dan barang cetakan yang tidak mungkin mengalami pertumbuhan negatif. Sebab pertumbuhhannya didorong oleh indutsri makanan dan minunian, tekstil, eletronika dan farmasi untuk kebutuhan packaging. Namun kenyataannya industri kayu di luar Jawa yang menggunakan HPH justru mengalami penurunan. Sebaliknya industri kayu di Pulau Jawa bangkit dengan pesat. "Salah satunya industri budidaya kayu sengon untuk dijadikan plywood, hardboard yang sangat maju pesat". Dia kemudian mencontohkan perusahaan Sinar Mas untuk minyak sawit, pulp and paper, properti dan industri keuangan telah ekspansi ke Tiongkok dengan mendirikan 21 pabrik pulp and paper. Lokasinya di Hainan dan Guangxi. "Sebagian besar pulp impor dari Indonesia. Lewat Asia Pulp and Paper (APP). Mereka menjadi pemain nomor satu di Tiongkok Mereka juga punya 4 pabrik di Kanada, dan masing-masing satu pabrik di Amerika, Francis, dan Jerman”. Untuk industri tekstil, ia memilih mencontohkan Sritex Solo yang telah membangun pabrik garmen dan unit spinning mill (pemintalan). Sritex kini memiliki 123 unit spinning mill. Padahal untuk membangun satu unit membutuhkan dana sedikitnya Rp 400 miliar. "Benang saja, Tiongkok pesannya ke Sritex. Perusahaan ini juga membuat pesanan baju pakaian militer Nato dan tentara Belanda.”






Kelompok 5 :
1)      Dian
2)      Pramagusti Tsabit Sabili

3)      Salma Nur Azizah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas 2 Akuntansi Forensik

1. GRAFIK GCB ( Global Corruption Barometer ) TAHUN 2017 : 2. GRAFIK BPI (Bribe payers Index) TAHUN 2011: 3.  GRAFIK PERC ( P...