Pertumbuhan tahunan ekonomi
Provinsi Banten pada triwulan I – 2014 tercatat sebesar 5.20% (yoy), jauh lebih
lambat dari pertumbuhan ekonomi di triwulan IV – 2013.
Meningkatnya
pertumbuhan impor serta melambatnya investasi mendorong perlambatan ekonomi Banten
dari sisi permintaan. Sementara dari sisi penawaran, perlambatan ekonomi terdorong
oleh perlambatan industri pengolahan yang tumbuh sebesar 2.45% (yoy). PDRB Provinsi
Banten atas harga berlaku pada triwulan I – 2014 sebesar Rp 65,62 triliun sementara
PDRB Riil Provinsi Banten mencapai Rp 27,1 triliun.
Keuangan pemerintah Provinsi
Banten mengalami surplus sebesar Rp 1.12 triliun pada triwulan I – 2014.
Tingkat
realisasi pendapatan daerah pemerintah Provinsi Banten pada triwulan ini mencapai
23%, lebih baik dari tingkat realisasi pada periode yang sama ditahun 2013.
Sementara realisasi belanja baru mencapai 6% dari pagu anggaran. Dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, terdapat penurunan nilai realisasi belanja. Meskipun demikian,
realisasi belanja langsung pada triwulan ini jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan
I – 2013. Peningkatan realisasi belanja langsung yang signifikan terjadi untuk jenis
belanja modal dan belanja pegawai.
Inflasi Provinsi Banten pada
triwulan I – 2014 tercatat sebesar 9,61% (yoy) turun dari triwulan sebelumnya sebesar
9,65% (yoy). Secara umum harga kelompok
bahan makanan dan kesehatan telah memiliki trend penurunan selama triwulan I –
2014, meskipun Indeks Harga Konsumen (IHK) masih lebih tinggi jika dibandingkan
dengan triwulan IV – 2013. Penurunan ini dapat mengerem laju inflasi yang
antara lain disebabkan oleh kenaikan harga minyak goreng, Bahan Bakar Gas
(BBG), sewa rumah dan barang elektronik. Banjir dan badai abu GunungKelud yang
terjadi pada bulan Januari 2014 tidak secara signifikan mempengaruhi berkurangnya
pasokan bahan makanan.
Kinerja bank umum di
wilayah Banten triwulan I – 2014 secara umum dalam kondisi yang baik sebagaimana
tercermin dari pertumbuhan indikator utama seperti aset, penyaluran kredit, dan
penghimpunan dana pihak ketiga.
Perbaikan kinerja perbankan secara umum terutama
didorong oleh pertumbuhan kinerja perbankan konvensional yang mencatat pertumbuhan
yang lebih tinggi disbanding periode sebelumnya. Sementara kinerja perbankan syari’ah
mengalami perlambatan baik untuk aset, kredit, maupun penghimpunan dana. Rasio intermediasi
perbankan atau LDR (Loan to Deposit Ratio) mengalami penurunan menjadi 69,96%
yang didorong turunnya LDR perbankan konvensional akibat pertumbuhan simpanan masyarakat
lebih tinggi disbanding pertumbuhan kredit. Penurunan LDR diikuti oleh meningkatnya
rasio kredit bermasalah (NPL) ke level 1.8%, namun masih berada pada level yang
terkendali.
Pertumbuhan kredit kepada sektor
korporasi terutama didorong oleh kredit investasi yang tercatat tumbuh sebesar
47,34% (yoy).
Konsentrasi
penyaluran kredit korporasi sampai dengan triwulan laporan tercatat masih kepada
tiga sektor yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri
pengolahan dan sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan. Sementara itu pertumbuhan
kredit kepada sektor rumah tangga terutama didorong oleh meningkatnya kredit perumahan
sebesar 27,56% yang juga memiliki kontribusi terbesar.
Pada triwulan I 2014, dari hasil
Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan adanya perbaikan terhadap kondisi
kegiatan usaha dan ketenagakerjaan di Provinsi Banten.
Hal
ini terindikasi dari tingginya tingkat keyakinan para pelaku usaha. Hasil Pemilu
yang akan berlangsung di tahun 2014 ini, diyakini akan membawa angin segar dan memberikan
dampak positif di dunia usaha. Para pelaku usaha juga yakin bahwa kondisi usaha
yang mengalami tekanan sebagai dampak kenaikan harga BBM sejak tahun lalu akan selesai
di tahun ini.
Ekonomi Provinsi Banten pada
triwulan II – 2014 diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan
I – 2014.
Perayaan
pesta demokrasi serta momen menjelang bulan puasa dan lebaran diperkirakan akan
mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga di Provinsi Banten. Dari sisi
penawaran, sektor perdagangan, hotel dan restoran diprediksi tumbuh meningkat seiring
dengan peningkatan konsumsi.
Tekanan inflasi Provinsi Banten
diperkirakan masih tinggi.
Potensi
tekanan inflasi utama berasal dari komponen administered
price dan komponen core. Potensi tekanan inflasi komponen administered price berasal dari komoditas
bahan bakar rumah tangga, bensin, rokok serta tarif tenaga listrik. Sementara itu,
kenaikan komponen core disebabkan ekspektasi konsumen terhadap harga yang
meningkat, peningkatan konsumsi menjelang puasa dan lebaran, serta depresiasi
rupiah yang menyebabkan kenaikan bahan baku impor.
Daftar Pustaka :
Kelompok 5 :
Dian
Pramagusti Tsabit Sabili
Salma Nur Azizah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar