Senin, 01 Mei 2017

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI BANTEN


Pertumbuhan tahunan ekonomi Provinsi Banten pada triwulan I – 2014 tercatat sebesar 5.20% (yoy), jauh lebih lambat dari pertumbuhan ekonomi di triwulan IV – 2013.
                Meningkatnya pertumbuhan impor serta melambatnya investasi mendorong perlambatan ekonomi Banten dari sisi permintaan. Sementara dari sisi penawaran, perlambatan ekonomi terdorong oleh perlambatan industri pengolahan yang tumbuh sebesar 2.45% (yoy). PDRB Provinsi Banten atas harga berlaku pada triwulan I – 2014 sebesar Rp 65,62 triliun sementara PDRB Riil Provinsi Banten mencapai Rp 27,1 triliun.

Keuangan pemerintah Provinsi Banten mengalami surplus sebesar Rp 1.12 triliun pada triwulan I – 2014.
                Tingkat realisasi pendapatan daerah pemerintah Provinsi Banten pada triwulan ini mencapai 23%, lebih baik dari tingkat realisasi pada periode yang sama ditahun 2013. Sementara realisasi belanja baru mencapai 6% dari pagu anggaran. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terdapat penurunan nilai realisasi belanja. Meskipun demikian, realisasi belanja langsung pada triwulan ini jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan I – 2013. Peningkatan realisasi belanja langsung yang signifikan terjadi untuk jenis belanja modal dan belanja pegawai.

Inflasi Provinsi Banten pada triwulan I – 2014 tercatat sebesar 9,61% (yoy) turun dari triwulan sebelumnya sebesar 9,65% (yoy). Secara umum harga kelompok bahan makanan dan kesehatan telah memiliki trend penurunan selama triwulan I – 2014, meskipun Indeks Harga Konsumen (IHK) masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan IV – 2013. Penurunan ini dapat mengerem laju inflasi yang antara lain disebabkan oleh kenaikan harga minyak goreng, Bahan Bakar Gas (BBG), sewa rumah dan barang elektronik. Banjir dan badai abu GunungKelud yang terjadi pada bulan Januari 2014 tidak secara signifikan mempengaruhi berkurangnya pasokan bahan makanan.

Kinerja bank umum di wilayah Banten triwulan I – 2014 secara umum dalam kondisi yang baik sebagaimana tercermin dari pertumbuhan indikator utama seperti aset, penyaluran kredit, dan penghimpunan dana pihak ketiga.
                Perbaikan kinerja perbankan secara umum terutama didorong oleh pertumbuhan kinerja perbankan konvensional yang mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi disbanding periode sebelumnya. Sementara kinerja perbankan syari’ah mengalami perlambatan baik untuk aset, kredit, maupun penghimpunan dana. Rasio intermediasi perbankan atau LDR (Loan to Deposit Ratio) mengalami penurunan menjadi 69,96% yang didorong turunnya LDR perbankan konvensional akibat pertumbuhan simpanan masyarakat lebih tinggi disbanding pertumbuhan kredit. Penurunan LDR diikuti oleh meningkatnya rasio kredit bermasalah (NPL) ke level 1.8%, namun masih berada pada level yang terkendali.

Pertumbuhan kredit kepada sektor korporasi terutama didorong oleh kredit investasi yang tercatat tumbuh sebesar 47,34% (yoy).
                Konsentrasi penyaluran kredit korporasi sampai dengan triwulan laporan tercatat masih kepada tiga sektor yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan. Sementara itu pertumbuhan kredit kepada sektor rumah tangga terutama didorong oleh meningkatnya kredit perumahan sebesar 27,56% yang juga memiliki kontribusi terbesar.

Pada triwulan I 2014, dari hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan adanya perbaikan terhadap kondisi kegiatan usaha dan ketenagakerjaan di Provinsi Banten.
                Hal ini terindikasi dari tingginya tingkat keyakinan para pelaku usaha. Hasil Pemilu yang akan berlangsung di tahun 2014 ini, diyakini akan membawa angin segar dan memberikan dampak positif di dunia usaha. Para pelaku usaha juga yakin bahwa kondisi usaha yang mengalami tekanan sebagai dampak kenaikan harga BBM sejak tahun lalu akan selesai di tahun ini.

Ekonomi Provinsi Banten pada triwulan II – 2014 diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan I – 2014.
                Perayaan pesta demokrasi serta momen menjelang bulan puasa dan lebaran diperkirakan akan mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga di Provinsi Banten. Dari sisi penawaran, sektor perdagangan, hotel dan restoran diprediksi tumbuh meningkat seiring dengan peningkatan konsumsi.

Tekanan inflasi Provinsi Banten diperkirakan masih tinggi.
                Potensi tekanan inflasi utama berasal dari komponen administered price dan komponen core. Potensi tekanan inflasi komponen administered price berasal dari komoditas bahan bakar rumah tangga, bensin, rokok serta tarif tenaga listrik. Sementara itu, kenaikan komponen core disebabkan ekspektasi konsumen terhadap harga yang meningkat, peningkatan konsumsi menjelang puasa dan lebaran, serta depresiasi rupiah yang menyebabkan kenaikan bahan baku impor.














Daftar Pustaka :
Kelompok 5 :
Dian
Pramagusti Tsabit Sabili

Salma Nur Azizah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas 2 Akuntansi Forensik

1. GRAFIK GCB ( Global Corruption Barometer ) TAHUN 2017 : 2. GRAFIK BPI (Bribe payers Index) TAHUN 2011: 3.  GRAFIK PERC ( P...