Seleksi Tenaga Kerja dan Penempatan
Nama : Pramagusti Tsabit Sabili
NPM : 25216774
Kelas : 4EB10
Mata Kuliah : Manajemen Sumber Daya Manusia
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2019BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setelah dilaksanakannya rekrutmen dalam manajemen
sumber daya manusia, maka tahap selanjutnya adalah seleksi dan penempatan.
Melihat kenyataan di lapangan banyak organisasi yang kurang memperhatikan
fungsi seleksi dan penempatan ini. Perencanaan dan pelaksanaan seleksi yang
kurang matang akan mengakibatkan fungsi seleksi dan penempatan kurang kredibel,
alhasil pegawai yang diterima kurang memenuhi standar kualifikasi minimal yang
diinginkan sehingga mengakibatkan melemahnya suatu organisasi karena kurangnya
tanggung jawab seorang pegawai terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya. Hal
ini dikarenakan dalam proses seleksi dan penempatan kurang memperhatikan
prosedur-prosedur seleksi dan penempatan. Karyawan merupakan sumber daya
manusia yang diharapkan produktif dan karyawan yang produktif adalah bukti
paling baik suatu proses seleksi yang efektif. Oleh karena itu agar proses
seleksi berhasil efektif maka perlu memperhatikan prosedur-prosedur,
langkah-langkah, maupun syarat-syarat seleksi dan penempatan. Proses seleksi
karyawan merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam keseluruhan
proses manajemen sumber daya manusia. Hal ini dikatakan karena apakah dalam
organisasi terdapat sekelompok karyawan yang memenuhi tuntutan organisasional
atau tidak sangat tergantung pada cermat tidaknya proses seleksi yang
dilakukan.
B. Rumusan
Masalah
Dalam bahasan
seleksi dan penempatan ini timbul beberapa permasalahan di bawah ini.
1. Apakah
pengertian seleksi dan penempatan?
2.
Langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh untuk proses seleksi?
3. Apa sajakah
syarat-syarat seleksi dan penempatan?
4. Apa Pengaruh
Nilai terhadap Seleksi dan Penempatan?
5.
Metode-metode apa saja yang digunakan dalam proses seleksi dan penempatan?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
SELEKSI DAN PENEMPATAN
· SELEKSI
proses pencarian karyawan untuk menyeleksi calon
tenaga kerja yang dianggap memenuhi kriteria yang sesuai dengan karakter
pekerjaan yang dilamar.
·
Sasarannya :
membuat
suatu rekomendasi untuk menolak atau menerima calon tenga kerja berdasarkan
suatu dugaan tentang potensi-potensi dari calon tenaga kerja untuk berhasil
dalam bekerja. Dalam proses managerial ada suatu aktivitas kerja membuat suatu
rekomendasi untuk menolak atau menerima calon tenga kerja berdasarkan suatu
dugaan tentang potensi-potensi dari calon tenaga kerja untuk berhasil dalam
bekerja. Kegiatan ini dikenal sebagai...
a.
penempatan
b.
seleksi
c.
rekomendasi tenaga kerja
d.
penilaian calon tenaga kerja
e.
penyaringan tenaga kerja
·
Tugasnya :
mengevaluasi
sebanyak mungkin kandidat untuk menyaring dan memilih seseorang atau beberapa
orang yang paling memenuhi syarat kerja.
·
PENEMPATAN
menempatkan karyawan pada bidang pekerjaan yang dianggap
sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya (pengetahuan, keterampilan dan
keahlian).
·
Sasarannya :
membuat
suatu rekomendasi untuk mendistribusikan kandidat pada pekerjaan berdasarkan
suatu potensi-potensi yang dimiliki kandidat untuk berhasil pada pekerjaannya.
·
Tugasnya :
mengevaluasi
kandidat untuk dicocokkan antara kualifikasi yang dimiliki dengan persyaratan
yang sudah ditetapkan.
B.
PROSES SELEKSI
Proses seleksi adalah serangkaian langkah kegiatan
yang digunakan untuk memutuskan apakah pelamar diterima atau tidak.
Langkah-langkah ini mencakup pemaduan kebutuhan-kebutuhan kerja pelamar dan
organisasi. Dalam banyak departemen personalia, penarikan dan seleksi digabungkan
dan disebut Employment function.
Proses seleksi adalah pusat
manajemen personalia. Analisa jabatan, perencanaan sumber daya manusia, dan
penarikan dilakukan terutama untuk membantu seleksi personalia.
1. Masukan-masukan seleksi
Para manajer personalia menggunakan proses seleksi
untuk mengambil keputusan penerimaan karyawan baru. Proses seleksi tergantung
pada tiga masukan penting. Informasi analisis jabatan memberikan deskripsi
jabatan, spesifikasi jabatan dan standar-standar prestasi yang diisyaratkan jabatan.
Rencana-rencana sumber daya manusia memberitahukan kepada manajer personalia bahwa
ada lowongan pekerjaan. Akhirnya, penarikan agar manajer personalia mendapatkan
sekelompok orang yang akan dipilih. Ketiga masukan ini sangat menentukan
efektivitas proses seleksi. Disamping itu, manajer personalia harus menghadapi paling
tidak tiga tantangan, yaitu tantangantantangan suplai, ethis dan
organisasional. Berbagai tantangan ini sering menjadi kendala proses seleksi.
2. Tantangan-tantangan Suplai
Semakin besar jumlah pelamar yang “qualified” maka
akan semakin mudah bagi departemen personalia untuk memilih karyawan baru yang
berkualitas. Dalam kenyataannya, banyak lowongan jabatan, seperti kebutuhan
manajer profesional sekarang ini, sangat sulit dipenuhi. Keterbatasan suplai
tersebut menyebabkan organisasi tidak leluasa memilih calon karyawan terbaik.
3. Tantangan-tantangan Ethis (etika)
Penerimaan karyawan baru karena hubungan keluarga,
pemberian komisi dan kantor penempatan tenaga kerja, atau karena suap, semuanya
merupakan tantangan bagi pengelola organisasi. Bila standar-standar ethis ini
dilanggar, karyawan baru mungkin dipilih secara tidak tepat.
4. Tantangan-tantangan Organisasional
Proses seleksi bukan merupakan tujuan akhir, tetapi
prasarana dengan mana organisasi berupaya untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasarannya.
Secara alamiah, organisasi menghadapi keterbatasan-keterbatasan, seperti
anggaran atau sumber daya lainnya yang mungkin akan membatasi proses seleksi.
Disamping itu, berbagai strategi, kebijaksanaan dan taktik organisasi juga merupakan
batasan-batasan.
Ø Langkah-langkah dalam peroses seleksi
1.
Penerimaan awal
Proses seleksi merupakan jalur dua arah. Organisasi
memilih para karyawan dan para pelamar memilih perusahaan. Seleksi dimulai
dengan kunjungan calon pelamar ke kantor personalia atau dengan permintaan
tertulis untuk aplikasi. Bila pelamar datang sendiri, wawancara pendahuluan
dapat dilakukan. Ini akan sangat membantu dalam upaya menghilangkan
kesalahapahaman dan menghindarkan pencarian informasi dari sumber tidak resmi
(“jalan belakang”).
2.
Tes peneriman (ujian)
Tes-tes penerimaan sangat berguna untuk mendapatkan
informasi yang relatif obyektif tentang pelamar yang dapat dibandingkan dengan
para pelamar lainnya dan para karyawan sekarang. Testes penerimaan merupakan
berbagai peralatan bantu yang menilai kemungkinan padunya antara kemampuan,
pengalaman dan kepribadian pelamar dan persyaratan jabatan. Agar tes dapat
meloloskan para pelamar yang tepat, maka ia harus valid. Validitas berarti bahwa
skor-skor tes mempunyai hubungan yang berarti (signifikan) dengan prestasi
kerja atau dengan kriteria-kriteria relevan lainnya.
Berbagai
Peralatan Tes
Ada bermacam-macam jenis tes penerimaan. Setiap tipe
tes mempunyai kegunaan yang terbatas, dan mempunyai tujuan yang berbeda. Secara
ringkas, berbagai tipe tes dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tes-tes Psikologis (Psychological Test)
Ø Test
kecerdasan (intelligence test) : Yang menguji kemampuan mental pelamar dalam
hal daya pikir secara menyeluruh dan logis.
Ø Test
kepribadian (personality test) : Dimana hasilnya akan mencerminkan kesediaan bekerja
sama, sifat kepemimpinan dan unsur-unsur kepribadian lainnya.
Ø Test
bakat (aptitude test) : Yang mengukur kemampuan potensial pelamar yang dapat dikembangkan
Ø Test
minat (interest test) : Yang mengatur antusiasme pelamar terhadap suatu jenis pekerjaan.
Ø Tes
prestasi (achievement test) : Yang mengukur kemampuan pelamar sekarang
2. Tes-tes Pengetahuan (Knowledge Tests)
Yaitu
bentuk tes yang menguji informasi atau pengetahuan yang dimiliki para pelamar. Pengetahuan
yang diujikan harus sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan pekerjaan.
3.
Performance Tests
Yaitu
bentuk tes yang mengukur kemampuan para pelamar untuk melaksanakan beberapa
bagian
pekerjaan yang akan dipegangnya. Sebagai contoh, tes mengetik untuk calon
pengetik. Selain harus feasible penggunaan tes juga harus fleksibel. Hasil tes
tidak selalu merupakan langkah pertama atau terakhir dalam proses seleksi.
Akhirnya, tes penerimaan hanya merupakan suatu teknis di antara berbagai teknik
yang digunakan dalam proses seleksi, karena tes hanya dapat dilakukan terhadap
faktor-faktor yang bisa diuji secara mudah. Hal-hal yang tidak dapat diukur
melalui pengujian mungkin sama pentingnya.
Wawancara
seleksi
Wawancara
seleksi adalah percakapan formal dan mendalam yang dilakukan untuk mengevaluasi
hal dapat diterimanya atau tidak (acceptability) seorang pelamar. Pewawancara (interviewer)
mencari jawab dua pertanyaan umum. Dapatkah pelamar melaksanakan pekerjaan?
Bagaimana kemampuan pelamar dibandingkan dengan pelamar lain?
Wawancara
mempunyai tingkah fleksibilitas tinggi, karena dapat diterapkan baik terhadap para
calon karyawan manajerial atau operasional, berketerampilan tinggi atau rendah,
maupun staf. Teknik ini juga memungkinkan pertukaran informasi dua arah : pewawancara
mempelajari pelamar, dan sebaliknya pelamar mempelajari perusahaan.
Wawancara
seleksi mempunyai dua kelemahan utama : reliabilitas dan validitas. Bagaimanapun
juga teknik wawancara penting dilakukan dalam proses seleksi karena efektivitasnya
dapat dipercaya dan mempunyai fleksibilitas.
Proses
Wawancara
Tahap-tahap
proses wawancara meliputi persiapan pewawancara, pengarahan atau penciptaan hubungan,
pertukaran informasi, terminasi dan evaluasi. Setiap tahap harus dijalani agar wawancara
berhasil. Persiapan pewawancara. Kegiatan persiapan ini mencakup penentuan sasaran
wawancara, pengembangan berbagai pertanyaan spesifik yang akan diajukan dalam proses
wawancara, penetapan tipe wawancara dan format pertanyaan, serta pengenalan
awal tentang pelamar dengan mempelajari blanko lamaran. Disamping itu,
pewawancara harus mampu menjelaskan tugas-tugas pekerjaan, standar prestasi,
upah dan tunjangantunjangan lain, dan bidang-bidang pekerjaan lainnya.
·
Pengarahan. Setelah wawancara dimulai,
pewawancara perlu menciptakan hubungan yang relaks dengan pelamar dan suasana
yang “enak”. Tanda kondisi ini pewawancara mungkin tidak memperoleh gambaran
yang lengkap dan jelas tentang potensi pelamar.
·
Pertukaran Informasi. Inti proses
wawancara adalah pertukaran informasi. Untuk membantu menciptakan hubungan,
banyak pewawancara mulai dengan bertanya kepada pelamar bila ada
pertanyaan-pertanyaan yang ingin diajukan. Ini menimbulkan komunikasi dua arah
dan memungkinkan pewawancara mulai untuk mengajukan pertanyaanpertanyaan kepada
pelamar.
·
Terminasi. Bila waktu wawancara yang
tersedia habis, pewawancara perlu memberi isyarat bahwa wawancara akan segera
diakhiri, dalam hal ini sekali lagi komunikasi non verbal sangat berguna.
·
Evaluasi. Segera setelah wawacara
berakhir, pewawancara harus mencatat jawabanjawaban tertentu dan kesan-kesan
umum mengenai pelamar. Penilaian ini dapat menggunakan catatan yang telah
disiapkan secara standar. Penggunaan catatan atau daftar standar akan meningkatkan
reliabilitas wawancara sebagai teknik seleksi.
Kesalahan-kesalahan
Wawancara
Ada
berbagai penyebab kesalahan atau perangkap dalam proses wawancara. Kegagalan
untuk mengatasi penyebab-penyebab kesalahan wawancara akan menurunkan
efektivitas wawancara. Berbagai bentuk kesalahan wawancara secara terinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Halo Effect
Kesalahan
ini terjadi bila pewawancara menggunakan informasi terbatas tentang pelamar untuk
berprasangka dalam evaluasi terhadap karakteristik-karakteristik lain pelamar.
Contoh, seorang pelamar yang mempunyai senyuman menarik (apalagi kalau cantik
atau ganteng) dan simpatik diperlakukan sebagai calon unggul sebelum wawancara
dimulai.
2. Leading Questions
Kesalahan
ini akibat pewawancara mengirimkan telegram jawaban yang diinginkan dengan cara
memberi arah pertanyaan-pertanyaan wawancara.
Contoh
: apakah saudara setuju bahwa laba adalah penting ?
apakah saudara akan menyenangi pekerjaan ini?
3. Personal Biases
Kesalahan
ini merupakan hasil prasangka pribadi pewawancara terhadap kelompok kelompok tertentu.
Contoh
: “saya lebih menyukai personalia penjualan yang berbadan tinggi”
“ada pekerjaan yang hanya pantas untuk pria dan ada
pekerjaan yang hanya pantas
untuk wanita”.
4. Dominasi Pewawancara
Kesalahan
ini akibat pewawancara menggunakan waktu wawancara untuk “membual” kepada pelamar,
menyombongkan keberhasilan, atau melakukan percakapan sosial.
Contoh
: penggunaan waktu wawancara untuk menceritakan rencana-rencana perusahaan,
penggunaan
waktu wawancara untuk memberitahukan bagaimana pentingnya pekerjaan pewawancara.
1.
Pemeriksaan / penilaian referensi
-Bagaimana
tipe pelamar ?
-Apakah
pelamar adalah pekerja yang dapat dipercaya ?
-Bagaimana
sifat-sifat atau kepribadian pelamar ?
-Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, departemen personalia menggunakan berbagai referensi.
Personal
references-tentang karakter pelamar-biasanya diberikan oleh keluarga atau
teman-teman terdekat yang ditunjuk oleh pelamar sendiri atau diminta
perusahaan. Bila referensi diserahkan secara tertulis, pemberi referensi
biasanya hanya menekankan hal-hal positif. Oleh karena itu, referensi pribadi
pada umumnya jarang digunakan.
Employment
references. Mencakup latar belakang atau pengalaman kerja pelamar. Banyak spesifikasi
personalia bersikap skeptis terhadap referensi-referensi tersebut, karena dalam
kenyatannya organisasi sangat jarang untuk mendapatkan referensi yang benar.
2.
Evaluasi medis
Proses
seleksi ini mencakup pemeriksaan kesehatan pelamar sebelum keputusan penerimaan
karyawan dibuat. Pada umumnya, evaluasi ini mengharuskan pelamar untuk
menunjukkan informasi kesehatannya. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh dokter
diluar perusahaan maupun oleh tenaga medis perusahaan sendiri. Evaluasi medis
memungkinkan perusahaan untuk menekan biaya perawatan kesehatan karyawan dan
asuransi jiwa, mendapatkan karyawan yang memenuhi persayaratan kesehatan fisik
untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, atau memperoleh karyawan yang dapat
mengatasi stress fisik dan mental suatu pekerjaan.
3.
Wawancara atasan langsung/manajer
Atasan
langsung (penyelia) pada akhirnya merupakan orang yang bertanggungjawab atas para
karyawan baru yang diterima. Oleh karena itu, pendapat dan persetujuan mereka
harus diperhatikan untuk keputusan penerimaan final. Penyelia sering mempunyai
kemampuan untuk mengevaluasi kecakapan teknis pelamar dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari pelamar tentang pekerjaan tertentu secara lebih
tepat. Atas dasar ini banyak organisasi yang memberikan wewenang kepada penyelia
untuk mengambil keputusan penerimaan final. Komitmen para penyelia pada umumnya
akan semakin besar bila mereka diajak berpartisipasi dalam proses seleksi.
Partisipasi mereka paling baik diperoleh melalui supervisory interview. Dengan mengajukan
serangkaian pertanyaan, penyelia menilai kecakapan teknis, potensi, kesediaan bekerjasama,
dan seluruh kecocokan pelamar. Wawancara ini berguna sebagai suatu cara efektif
untuk meminimumkan pertukaran karyawan, karena karyawan telah dapat memahami
perusahaan dan pekerjaannya sebelum mereka mengambil keputusan untuk bekerja
pada perusahaan.
4.
Keputusa penerimaan
Apakah
diputuskan oleh atasan langsung atau departement personalia, keputusan
penerimaan menandai berakhirnya proses seleksi. Dari sudut pandangan hubungan masyarakat
(public relations), para pelamar lain yang tidak terpilih harus diberitahu.
Departemen personalia dapat mempertimbangkan lagi para pelamar yang ditolak
untuk lowongan-lowongan pekerjaan lainnya karena mereka telah melewati berbagai
macam tahap proses seleksi.
·
Hasil seleksi dan umpan balik
Hasil
akhir proses seleksi adalah orang yang diterima sebagai karyawan baru. Bila masukanmasukan
seleksi diperhatikan dengan seksama dan langkah-langkah dalam proses seleksi
diikuti secara benar, maka para karyawan baru akan merupakan sumber daya
manusia yang produktif. Dan karyawan produktif adalah bukti paling baik suatu
proses seleksi yang efektif.
Untuk
mengevaluasi baik karyawan baru maupun proses seleksi diperlukan umpan balik.
Umpan balik ini mungkin mencakup informasi tentang kepuasan karyawan,
perputaran dan absensi, prestasi kerja, kegiatan serikat kerja, atau sikap
penyelia. Umpan balik yang konstruktif diperoleh melalui diperoleh melalui
serangkaian pertanyaan tertentu. Bagaimana karyawan baru menyesuaikan diri dengan
organisasi? Bersikap terhadap pekerjaan? Terhadap karier dimana pekerjaan
merupakan salah satu komponen? Dan akhirnya, bagaimana karyawan melaksanakan
pekerjaan? Jawabanjawaban untuk masing-masing pertanyaan tersebut memberikan
umpan balik tentang karyawan baru dan proses seleksi.
C.
SYARAT-SYARAT SELEKSI DAN PENEMPATAN
Seleksi dan penempatan merupakan serangkaian
kegiatan yang dilaksanakan untuk mengetahui apakah pelamar diterima atau
ditolak, atau jadi tidaknya penempatan pekerja pada posisi yang baru. Efektifitas
fungsi seleksi dan penempatan ditentukan oleh beberapa syarat penting dan
informasi yang dibutuhkan
Syarat-syarat
yang dimaksud adalah
1.
Informasi analisis jabatan, yang memberikan diskripsi jabatan, spesifikasi
jabatan dan standarstandar prestasi yang disyaratkan setiap jabatan;
2.
Rencana-rencana sumber daya manusia, yang memberikan informasi kepada manager
tentang
tersedia / tidaknya lowongan pekerjaan dalam organisasi;
3.
Keberhasilan fungsi rekrutmen, yang akan menjamin manager bahwa tersedia
sekelompok
orang
yang akan dipilih
D.
TES KEABSAHAN DAN BENTUKNYA
Tes validasi adalah penentuan cakupan apakah suatu
alat seleksi bersesuaian dengan syarat pekerjaan. Dimana terdapat 3 strategi
validitas, yaitu:
1.
Empirical Validation,
ini
dikenal dengan keabsahan kriteria (criterion validation) yang menghendaki bahwa
suatu\ angka test dalam pengertian statistik dapat dikorelasikan secara
signifikan dengan unsur penting dari performansi kerja. Sehingga tes ini akan memakan
waktu dan uang dan dapa menjadi tidak praktis bagi organisasi yang mempekerjaan
sedikit orang pada suatu klas pekerjaan
.
2.
Construct Validation,
adalah
tes yang mengidentifikasikan ciri-ciri psikologis atau ketangkasan yang
dikaitkan dengan keberhasilan kinerja pekerjaan tersebut. Ini membutuhkan jasa
konsultan yang valid dan independen. Dan tes ini merupakan metode pilihan untuk
jabatan pemerintahan dalam rangka peningkatan produktifitas dan kejelasan
harapan kinerja.
3.
Content Validation,
tes
ini menuntut adanya kualifikasi minimum yang logis yang dikaitkan dengan
kewajiban dari jabatan yang akan ditempati, standar kinerja realistik, ketrampilan,
pengetahuan sesuai dengan SKAs. Tes ini juga dapat digunakan untuk kriteria
seleksi dan promosi dengan mengukur kinerja seorang pekerja.
F. METODE PENEMPATAN DAN SELEKSI
Dalam proses seleksi adalah menetapkan kualifikasi
minimal bagi suatu jabatan melalui analisis jabatan ini berkaitan dengan
metode-metode tertentu yang di untuk mengukur kualifikasikualifikasi dari
pelamar atau pekerja. Ada (9) metode yang biasanya digunakan, yakni:
1.
Tinjuan Data Biografis
Tinjuan
mengenai pendidikan dan pengalaman dari seorang pelamar, melalui proses
seleksi.
Sekalipun
pendidikan dan pengalaman bukan merupakan kriteria yang penting, tetapi bisa
digunakan untuk tujuan-tujuan penting lain.
2. Tes ketangkasan
Tes
ketangkasan tidak mahal secara relatif untuk di laksanakan dan dicatat, dengan
tingkat
kepercayaan
yang tinggi.
3. Tes kemampuan
Tes
ini mengukur luasnya kemampuan umum atau ketrampilan-ketrampilan yang berkaitan
dengan tingkat kinerja pekerjaan melalui empirical atau construct validation.
4. Tes performansi
Semakin
dekat test kemampuan merangsang tugas-tugas pekerjaan dan konteks yang aktual.
Test tersebut semakin menjadi test performansi.
5. Referensi
Referensi
merupakan metode seleksi yang penting, dipakai untuk memeriksa pendidikan dan
riwayatriwayat atau untuk memperoleh keterangan tentang kepribadian atau
ketrampilan pelamar.
6. Evaluasi performansi
Evaluasi
performansi sebelumnya sering di pakai untuk menilai potensi bagi penugasan kembali
atau promosi, atau bahkan persyaratan bagi lowongan promosi tertentu.
7. Wawancara
Wawancara-wawancara
akan memberikan kesempatan kepada organisasi untuk mengamati kinerja atau
penampilan seorang pelamar dan ketrampilan-ketrampilan antar perorangan, dan
untuk menanyakan hal-hal yang tidak di muat dalam from-from lamaran.
8. Pusat-pusat penilaian
Pusat-pusat
penilaian berusaha untuk memperkenalkan beberapa pelamar dengan keadaankeadaan kerja
yang merangsang supaya menekankan kinerjanya pada tugas-tugas yang berkaitan dengan
pekerja.
9. Masa percobaan
Masa
percobaan memiliki faktor validitas dan reliabilitas yang mungkin tinggi karena
metode ini mengukur kinerja aktual pada
kerja.
Kendala
Dalam Memilih Metode Seleksi Dan Penempatan
Beberapa
kesulitan dan kendala dalam memilih diantara kesembilan metode seleksi dan
penempatan,
yaitu:
1. Tingkat
validitas yang berbeda dan keterkaitan kerja yang berbeda;
2. Masing-masing
metode mempunyai tingkat reliabilitas atau kekonsistenan angka bagi seorang pelamar
dibandingkan waktu.
3. Metode
tersebut mempunyai tingkat biaya yang bervariasi, dari yang mulai tidak mahal hingga
biaya yang sangat mahal.
4. Orientasi
nilai (efiensi, kepentingan, keadilan) dari sebuah organisasi juga mempengaruhi
dalam pemilihan metode seleksi dan penempatan.
BAB III
KESIMPULAN
Seleksi adalah metode dan prosedur yang dipakai oleh
bagian personalia (perusahaan) waktu memilih orang untuk mengisi lowongan
pekerjaan. Dalam seleksi dan penempatan sangat ditentukan syarat-syarat penting
yang dapat menjadikan efektifitas fungsi seleksi dan penempatan. Syarat-syarat
yang dimaksud adalah informasi analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia
dan keberhasilan fungsi rekrutmen.
Dalam proses seleksi adalah menetapkan kualifikasi
minimal bagi suatu jabatan melalui analisis jabatan, hal ini berkaitan dengan
metode-metode tertentu untuk mengukur kualifikasikualifikasi dari pelamar atau pekerja,
dalam hal ini biasanya ada sembilan metode yang digunakan yakni:
(1)
tinjauan data biografis, (2) tes ketangkasan, (3) tes kemampuan, (4) tes
performansi, (5) referensi, (6) evaluasi performansi, (7) wawancara, (8)
pusat-pusat penilaian, (9) masa percobaan.
Dalam seleksi penerimaan pegawai baru juga harus
melalui tahapan-tahapan, langkah yang dapat ditempuh mulai dari penerimaan
awal, ujian, wawancara, penilaian referensi, evaluasi medis, wawancara oleh
manajer, pengambilan keputusan.
Setelah proses seleksi dilalui langkah selanjutnya
yaitu penempatan, dimana dalam hal ini seorang pegawai baru akan ditempatkan
pada posisi-posisi tertentu dengan tanggung jawab yang tertentu pula.
Penempatan ini tidak hanya berlaku bagi karyawan baru, tetapi berlaku pula bagi
karyawan lama.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar