Kepuasan Kerja
Nama : Pramagusti Tsabit Sabili
NPM : 25216774
Kelas : 4EB10
Mata Kuliah : Manajemen Sumber Daya Manusia
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam era
globalisasi ini, setiap perusahaan berusaha meningkatkan serta mengembangkan
perusahaan dengan mengadakan berbagai cara yang tersusun dalam program untuk
meningkat kinerja para karyawan. Banyak faktor yang terkait dalam perbaikan
kinerja perusahaan. Perusahaan kurang menerapkan sistem promosi jabatan dengan
benar. Promosi jabatan merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan
untuk dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan sehingga karyawan bisa bekerja
mencapai target perusahaan, yang akhirnya akan memampukan perusahaan mampu
bersaing dengan perusahaan lainnya.
Bagi setiap
perusahaan, karyawan bagian produksi merupakan sumber daya yang tidak kalah
pentingnya dengan sumber daya perusahaan yang lainnya. Bahkan, karyawan bagian
produksi memegang kendali dalam proses produksi. Dengan kata lain, lancar atau
tidaknya sebuah proses produksi akan sangat tergantung pada karyawan pelaksana
produksi tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Apa itu Kepuasan Kerja ?
2. Apa saja Aspek-Aspek Kepuasan Kerja ?
3. Apa saja Faktor-faktor Penentu Kepuasan Kerja ?
4. Apa saja Konsekuensi Kepuasan Kerja ?
5. Bagaimana Cara Mengukur Kepuasan Kerja ?
6. Bagaimana Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan
Semangat Kerja (Morale) ?
7. Apa itu Semangat Kerja ?
8. Apa saja Program, Fungsi dan Tipe Konseling ?
9. Bagaimana Pembinaan Disiplin ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui Kepuasan Kerja ?
2.
Mengetahui Aspek-Aspek Kepuasan Kerja
3.
Mengetahui Faktor-faktor Penentu Kepuasan Kerja
4.
Mengetahui Konsekuensi Kepuasan Kerja
5.
Mengetahui Cara Mengukur Kepuasan Kerja
6.
Mengetahui Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan
Semangat Kerja (Morale)
7.
Mengetahui
Semangat Kerja ?
8.
Mengetahui Program, Fungsi dan Tipe Konseling
9.
Mengetahui Pembinaan Disiplin
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kepuasan Kerja.
Pengertian
kepuasan kerja menurut para ahli :
1. Lock (1995)
Kepuasan kerja merupakan suatu
ungkapan emosional yang bersifat positif atau menyenangkan sebagai hasil dari
penilaian terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman kerja.
2. Robbins (1996)
Kepuasan kerja merupakan sikap umum
seorang karyawan terhadap pekerjaannya.
3. Porter (1995)
Kepuasan kerja adalah perbedaan
antara seberapa banyak sesuatu yang seharusnya diterima dengan seberapa banyak
sesuatu yang sebenarnya dia terima.
4. Mathis dan Jackson (2000)
Kepuasan kerja merupakan pernyataan
emosional yang positif yang merupakan hasil evaluasi dari pengalaman kerja.
5. T.M. Fasher (1992)
Kepuasan kerja, atau dalam arti yang
lebih khusus kepuasan karyawan dalam bekerja, yang muncul bila keuntungan yang
dirasakan dari pekerjaannya melampaui biaya marjinal yang dikeluarkan oleh
karyawan tersebut dianggap cukup memadai.
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Kepuasan kerja merupakan suatu
tanggapan emosional seseorang terhadap situasi dan kondisi kerja.
2. Tanggapan emosional bisa berupa perasaan
puas (positif) atau tidak puas (negatif). Bila secara emosional puas berarti
kepuasan kerja tercapai dan sebaliknya bila tidak aka berarti karyawan tidak
puas.
3. Kepuasan kerja dirasakan karyawan
setelah karyawan tersebut membandingkan antara apa yang dia harapkan akan dia
peroleh dari hasil kerjanya dengan apa yang sebenarnya dia peroleh dari hasil
kerjanya.
4. Kepuasan kerja mencerminkan beberapa
sikap yang berhubungan.
Kepusaan
kerja merupakan sesuatu yang sangat sulit diukur yang bersifat subjektif karena
setiap orang selalu mempunyai keinginan-keinginan yang ingin dipenuhi namun
setelah terpenuhi muncul lagi keinginan-keinginan lainnya, seakan-akan manusia
itu tidak mempunyai rasa puas dan setiap pegawai mempunyai kriteria sendiri yang
menyatakan bahwa dirinya telah puas.
Kepuasan
kerja bisa dilihat atau dikatakan puas dalam bekerja jika pendapatan yang
diperoleh telah dapat mencukupi kebutuhan pekerja tersebut, dan dalam
perusahaan tersebut pegawai merasakan nyaman dalam bekerja dan tidk mempunyai
kekhawatiran lain seperti kurang cukup gaji yang diterima, tidak adanya jaminan
kesehatan/keselamatan kerja dan jaminan masa tua atau pension.
Kepuasan
kerja (job satisfaction) mengacu pada sikap individu secara umum
terhadap pekerjaannya dapat juga dikatakan sebagai persepsi awal terhadap
keberhasilan suatu pekerjaan. Kepuasan dalam Islam dilandasi dengan rasa
ikhlas. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-Hajj : 31.
2.2 Aspek-aspek Kepuasan Kerja.
1. Kerja
yang Secara Mental Menantang.
Kebanyakan karyawan menyukai
pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan
keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan
balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja
secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan
kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan
gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai
kesenangan dan kepuasan.
2. Ganjaran
yang Pantas.
Para karyawan menginginkan sistem
upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, dan segaris
dengan pengharapan mereka. Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan
pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas,
kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. Tidak semua orang mengejar uang.
Banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam
lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau
mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan dan
jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah
jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah persepsi keadilan.
Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang
lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu
individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara
yang adil (fair and just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari
pekerjaan mereka.
3. Kondisi
Kerja yang Mendukung.
Karyawan peduli akan lingkungan
kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas.
Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik
yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan,
dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau
sedikit).
4. Rekan
Kerja yang Mendukung
Orang-orang mendapatkan lebih
daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi
kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu
bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenangkan dapat menciptakan
kepuasan kerja yang meningkat. Tetapi perilaku atasan juga merupakan determinan
utama dari kepuasan.
5.
Kesesuaian Kepribadian dengan Pekerjaan
Pada hakikatnya orang yang tipe
kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih
seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat
untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar
kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini,
mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi
dari dalam kerja mereka.
2.3 Faktor-faktor penentuan Kepuasan
Kerja.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah:
1. Kondisi kerja, artinya jika seluruh
kebutuhan seseorang untuk bekerja terpenuhi baik itu dari bahan yang dibutuhkan
ataupun dari lingkungan yang menunjang maka kepuasan kerja akan terjadi.
2. Peraturan, budaya serta
karakteristik yang ada dalam organisasi tersebut, yang jika peraturan dalam
menjalankan pekerjaannya dapat mendukung terhadap pekerjaannya maka karyawan
atau para pekerja akan merasakan kepuasan kerja.
3. Kompensasi dari pekerjaannya yang
seimbang dengan pekerjaan yang telah ia lakukan.
4. Efisiensi kerja, dalam hal ini
dikaitkan dengan kemampuan seseorang dalam pekerjaannya, sehingga apabila
kepuasan kerja itu ada salah satunya adalah dengan bekerja sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
5. Peluang promosi, yaitu di mana
adanya suatu peluang untuk mendapatkan penghargaan atas prestasi kerja
seseorang dimana diberikan jabatan dan tugas yang lebih tinggi dan disertai
dengan kenaikan gaji. Promosi ini sangat mempengaruhi kepuasan kerja dapat
dihargai dengan dinaikan posisinya disertai gaji yang akan diterimanya.
6. Rekan kerja atau partner kerja,
kepuasan kerja akan muncul apabila dalam suatu organisasi terdapat hubungan
yang baik. Misalnya anggota kerja mempunyai cara atau sudut pandang atau
kebiasaan yang sama dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga dalam bekerja juga
tidak ada hambatan karena terjalin hubungan yang baik.
Sedangkan
dalam pandangan Islam kepuasan kerja itu terjadi apabila suatu pekerjaan yang
dilakukan dapat membantu orang lain dalam meringankan pekerjaannya,
karena“sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna bagi orang lain”.
2.4
Konsekuensi Kepuasan Kerja
- Kepuasan dan Motivasi
Suatu penelitian
meta analisis yang dilakukan oleh A J Kinicki, dkk (2000) meliputi 9 hasil
analisis yang melibatkan 2.237 orang pekerja mengungkapkan ada hubungan yang
positif dan signifikan antara motivasi dan kepuasan kerja. Karena kepuasan
dengan pengawasan berkorelasi secara signifikan dengan motivasi, para manager
disarnkan untuk mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi
kepuasan kerja. Para manager secara potensial meningkatkan motivasi para
karyawan melalui berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja
- Kepuasan dan Keterlibatan dalam
Pekerjaan
Keterlibatan
dalam pekerjaan merupakan keterlibatan individu dengan peran dalam
pekerjaannya. Suatu meta analisis yang melibatkan 27.925 responden dari 87
penelitian yang berbeda menunjukkan bahwa keterlibatan dalam pekerjaan memiliki
keterkaitan dengan kepuasan kerja (S, P, Brown, 1996)
- Kepuasan
dengan OCB
Kepuasan
kerja dianggap sebagai faktor utama yang mempengaruhi perilaku ekstra peran
(OCB). Berdasarkan meta analisis yang mencakup 6.746 orang yang terdiri dari 28
penelitian terpisah mengungkapkan adanya hubungan yang positif dan signifikan
antara perilaku sebagai anggota organisasi yang baik dengan kepuasan (Organ dan
Ryan, 1995).
Robbins
(2007) menjelaskan bahwa adalah logis menganggap kepuasan sebagai predictor
utama OCB, karena karyawan yang puas cenderung akan berbicara positif mengenai
organisais, membantu individu lain, dan melewati harapan normal dalam pekerjaan
mereka. Selain itu, karyawan yang puas mungkin akan memberikan peran yang lebih
karena merespon pengalaman positif mereka.
- Kepuasan kerja dengan Komitmen
Organisasi
Komitmen
organisasi mencerminkan bagaimana individu mengidentifikasikan dirinya dengan
organisasi dan terikat dengan tujuan-tujuannya. Sebuah meta analisis dari 68
penelitian yang melibatkan 35.282 orang individu mengungkapkan adanya hubungan
yang kuat antara komitmen dan kepuasan kerja (Tett dan Meyer, 1993). Para
manager disarankan untuk meningkatkan kepuasan kerja dengan tujuan mendapatkan
tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang tinggi dapat
mempermudah terwujudnya produktivitas yang lebih tinggi
2.5
Bagaimana Cara Mengukur Kepuasan Kerja
· Rating
Scale
Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur kepuasan kerja dengan menggunakan Rating Scale antara lain: (1) Minnessota Satisfaction Questionare, (2) Job Descriptive Index, dan (3) Porter Need Satisfaction Questionare.
Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur kepuasan kerja dengan menggunakan Rating Scale antara lain: (1) Minnessota Satisfaction Questionare, (2) Job Descriptive Index, dan (3) Porter Need Satisfaction Questionare.
Minnesota Satisfaction Questionare
(MSQ) adalah suatu instrumen atau alat pengukur kepuasan kerja yang dirancang
demikian rupa yang di dalamnya memuat secara rinci unsur-unsur yang
terkategorikan dalam unsur kepuasan dan unsur ketidakpuasan. Skala MSQ mengukur
berbagai aspek pekerjaan yang dirasakan sangat memuaskan, memuaskan,
tidak dapat memutuskan, tidak memuaskan dan sangat tidak memuaskan. Karyawan
diminta memilih satu alternatif jawaban yang sesuai dengan kondisi
pekerjaannya.
Job descriptive index. adalah suatu
instrumen pengukur kepuasan kerja yang dikembangkan oleh Kendall, dan Hulin.
Dengan instrumen ini dapat diketahui secara luas bagaimana sikap karyawan
terhadap komponen-komponen dari pekerjaan itu. Variabel yang diukur adalah
pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan promosi, supervisi dan mitra kerja.
Porter Need Satisfaction Questionare
adalah suatu intrumen pengukur kepuasan kerja yang digunakan untuk mengukur
kepuasan kerja para manajer. Pertanyaan yang diajukan lebih mempokuskan diri
pada permasalahan tertentu dan tantangan yang dihadapi oleh para manajer.
· Critical
Incidents
Critical Incidents
dikembangakan oleh Frederick Herzberg. Dia menggunakan teknik ini dalam
penelitiannya tentang teori motivasi dua faktor. Dalam penelitiannya tersebut
dia mengajukan pertanyaan kepada para karyawan tentang faktor-faktor apa yang
saja yang membuat mereka puas dan tidak puas.
· Interview
· Interview
Untuk
mengukur kepuasan kerja dengan menggunakan wawancara yang dilakukan terhadap
para karyawan secara individu. Dengan metode ini dapat diketahui secara
mendalam mengenai bagaimana sikap karyawan terhadap berbagai aspek pekerjaan.
Menurut Stephen Robins (2003:101) ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan kerja karyawan, yaitu:
1. Angka-nilai global tunggal (single global rating)
Metode angka-nilai global tunggal (single global rating) tidak lebih dari meminta individu-individu untuk menjawab satu pertanyaan, seperti misalnya “Bila semua hal dipertimbangkan, seberapa puaskah Anda dengan pekerjaan Anda?”. Kemudian responden menjawab dengan melingkari suatu bilangan antara 1-5 yang berpadanan dengan jawaban dari “Sangat Dipuaskan” sampai “Sangat Tidak Dipuaskan”.
2. Skor Penjumlahan (summation score)
Metode ini mengenali unsur-unsur utama dalam suatu pekerjaan dan menanyakan perasaan karyawan mengenai tiap unsur. Fakto-faktor yang lazim akan dicakup adalah sifat dasar pekerjaan, penyediaan, upah sekarang, kesempatan promosi dan hubungan dengan reken sekerja. Faktor-faktor ini dinilai pada suatu skala baku dan kemudian di jumlahkan untuk menciptakan skor kepuasan kerja keseluruhan.
Menurut Stephen Robins (2003:101) ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan kerja karyawan, yaitu:
1. Angka-nilai global tunggal (single global rating)
Metode angka-nilai global tunggal (single global rating) tidak lebih dari meminta individu-individu untuk menjawab satu pertanyaan, seperti misalnya “Bila semua hal dipertimbangkan, seberapa puaskah Anda dengan pekerjaan Anda?”. Kemudian responden menjawab dengan melingkari suatu bilangan antara 1-5 yang berpadanan dengan jawaban dari “Sangat Dipuaskan” sampai “Sangat Tidak Dipuaskan”.
2. Skor Penjumlahan (summation score)
Metode ini mengenali unsur-unsur utama dalam suatu pekerjaan dan menanyakan perasaan karyawan mengenai tiap unsur. Fakto-faktor yang lazim akan dicakup adalah sifat dasar pekerjaan, penyediaan, upah sekarang, kesempatan promosi dan hubungan dengan reken sekerja. Faktor-faktor ini dinilai pada suatu skala baku dan kemudian di jumlahkan untuk menciptakan skor kepuasan kerja keseluruhan.
2.6
Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Semangat Kerja (Morale)
Faktor
sumber daya manusia merupakan tujuan utama dalam Pembangunan perusahaan hal ini
di karena hasil kinerja karyawan Sebagai penentu kelangsungan perusahaanK
inerja karyawan merupakan faktor penting dalam menjalankan sistem perusahaan
karena jika karyawan tidakmelakukan pekerjaannya perusahaan tersebut akan
mengalami kegagalan. Peningkatan kinerja dapat dilaksanakan melalui berbagai
kegiatan seperti, peningkatan kepuasan kerja dan semangat kerja.
Untuk
mengetahui kondisi kepuasan kerja melalui aspek ciri-ciri intrinsik pekerjaan,
gaji, penyeliaan, rekan kerja dan kondisi kerja. Semangat kerja diketahui
melalui dimensi semangat kerja yaitu: tingkat perilaku agresif, perasaan dalam
pekerjaan; kemampuan beradaptasi dan keterlibatan ego. Sedangkan kinerja
karyawan itu sendiri dapat dilihat dari: kualitas kerja, kuantitas kerja,
ketepatan waktu, efektifitas, kebutuhan pengawasan dan interpersonal impor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja dan semangat
kerja dengan kinerja karyawan.
2.7 Semangat Kerja ?
Semangat
kerja atau moral kerja itu adalah sikap kesediaan perasaan yang memungkinkan
seorang karyawan untuk menghasilkan kerja yang lebih banyak dan lebih tanpa
menambah keletihan, yang menyebabkan karyawan dengan antusias ikut serta dalam
kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok sekerjanya, dan membuat karyawan
tidak mudah kena pengaruh dari luar, terutama dari orang-orang yang mendasarkan
sasaran mereka itu atas tanggapan bahwa satu-satunya kepentingan pemimpin
perusahaan itu terhadap dirinya untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya darinya dan memberi sedikit mungkin.
2.8
Program, Fungsi dan Tipe Konseling
1) Crisis Intervention Counseling
Intervensi konseling krisis sebagai metode yang digunakan untuk menolong dalam situasi segera, bantuan jangka pendek kepada individu yang mengalami masalah emosional, mental, fisik dan perilaku distress atau masalah dari pengalaman atau kejadian seperti:
1) Crisis Intervention Counseling
Intervensi konseling krisis sebagai metode yang digunakan untuk menolong dalam situasi segera, bantuan jangka pendek kepada individu yang mengalami masalah emosional, mental, fisik dan perilaku distress atau masalah dari pengalaman atau kejadian seperti:
a.
Bencana alam
b.
Pelecehan atau pemerkosaan seksual, perampokan:
c.
Sakit secara medik
d.
Gangguan/sakit mental
e.
Percobaan atau bunuh diri
f. Kehilangan,
cerai atau perubahan drastis dalam hubungan
2) Marriage
and Family Counseling
Konseling pernikahan menciptakan dan memediasi satu lingkungan yang aman/nyaman untuk dua pribadi dalam pernikahan untuk mendiskusikan apa masalah yang dimiliki masing-masing terhadap pasangan, memecahkan perbedaan dan bekerja sama untuk saling meningkatkan pemahaman.
3) Relationship Counseling
Relationship counseling menolong dua pribadi atau lebih dalam satu keluarga, pasangan, pekerja atau majikan di dunia kerja, atau antara profesional dengan klien dalam hubungan satu upaya untuk mengenal dan mengelola lebih baik atau rekonsiliasi perbedaan atau kesulitan dan mengulang pola dari distress.
4) Guidance and Career Counseling
BK Karier membantu dan mengentaskan bagi individu yang mencari pekerjaan, memutuskan di bidang akademik dan karier.
Konselor menolong mengevaluasi kemampuan, sikap, minat dan kepribadian siswa untuk mengembangkan akademik, pekerjaan dan tujuan karier secara realistik.
5) Rehabilitation Counseling
Konseling rehabilitasi menolong individu dengan fisik, mental perkembangan yang terlambat dan gangguan otak) dan gangguan psikiatri untuk mencapai hidup yang produktif dan mandiri.
6) Mental Health Counseling
Konseling kesehatan mental member perlakuan psikopatologi dan mempromosikan kesehatan mental yang optimal dan hidup sehat. Termasuk diagnosis dan treatment; teknik psiko-edukasional, dengan tujuan pencegahan; konsultasi; dan penelitian klinis.
7) Sexual Trauma Counseling
Konseling trauma seksual ini menyediakan layanan kepada anak dan orang dewasa yang mengalami kekerasan dan pelecehan seksual dan juga keluarga melalui pendidikan masyarakat, advokasi dan pemulihan.
8) AIDS Counseling
Konseling AIDS adalah satu bang spesialisasi dari konseling yang menghadapi pencegahan dari peyakit dan pengobatan dari konseli yang di diagnosis dengan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) atau (Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
9) Philosophical Counseling
Konseling Filosofi adalah konsleing menggunakan pengetahuan filososfis, analisis konseptual, dan keterampilan logik untuk menemukan makna baru sebagai cara dan ekspresi pemikiran.
10) Grief and Bereavement Counseling
Konseling kehilangan dan kematian adalah bentuk terapi khusus dengan tujuan menolong individu dengan peristiwa kematian dan hadir di situasi kehilangan individu dalam kesehatan mental.
11) Substance Abuse Counseling
Konseling penyalahgunaan zat adiktif menolong individu yang adiksi obat dan alkohol. Juga menolong anggota keluarga dan teman-teman dari adiksi yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka.
12) Transgender Counseling
Konseling transgender menolong individu transgender menerima keunikannya, ketimbang menolak, memberontak atau malu atau bingung tentang dirinya, dan sosial menerima apa adanya. Lebih mudah pribadi transgender mengisolasi diri, kadang mengundurkan diri atau merasa ditolak.
Konseling pernikahan menciptakan dan memediasi satu lingkungan yang aman/nyaman untuk dua pribadi dalam pernikahan untuk mendiskusikan apa masalah yang dimiliki masing-masing terhadap pasangan, memecahkan perbedaan dan bekerja sama untuk saling meningkatkan pemahaman.
3) Relationship Counseling
Relationship counseling menolong dua pribadi atau lebih dalam satu keluarga, pasangan, pekerja atau majikan di dunia kerja, atau antara profesional dengan klien dalam hubungan satu upaya untuk mengenal dan mengelola lebih baik atau rekonsiliasi perbedaan atau kesulitan dan mengulang pola dari distress.
4) Guidance and Career Counseling
BK Karier membantu dan mengentaskan bagi individu yang mencari pekerjaan, memutuskan di bidang akademik dan karier.
Konselor menolong mengevaluasi kemampuan, sikap, minat dan kepribadian siswa untuk mengembangkan akademik, pekerjaan dan tujuan karier secara realistik.
5) Rehabilitation Counseling
Konseling rehabilitasi menolong individu dengan fisik, mental perkembangan yang terlambat dan gangguan otak) dan gangguan psikiatri untuk mencapai hidup yang produktif dan mandiri.
6) Mental Health Counseling
Konseling kesehatan mental member perlakuan psikopatologi dan mempromosikan kesehatan mental yang optimal dan hidup sehat. Termasuk diagnosis dan treatment; teknik psiko-edukasional, dengan tujuan pencegahan; konsultasi; dan penelitian klinis.
7) Sexual Trauma Counseling
Konseling trauma seksual ini menyediakan layanan kepada anak dan orang dewasa yang mengalami kekerasan dan pelecehan seksual dan juga keluarga melalui pendidikan masyarakat, advokasi dan pemulihan.
8) AIDS Counseling
Konseling AIDS adalah satu bang spesialisasi dari konseling yang menghadapi pencegahan dari peyakit dan pengobatan dari konseli yang di diagnosis dengan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) atau (Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
9) Philosophical Counseling
Konseling Filosofi adalah konsleing menggunakan pengetahuan filososfis, analisis konseptual, dan keterampilan logik untuk menemukan makna baru sebagai cara dan ekspresi pemikiran.
10) Grief and Bereavement Counseling
Konseling kehilangan dan kematian adalah bentuk terapi khusus dengan tujuan menolong individu dengan peristiwa kematian dan hadir di situasi kehilangan individu dalam kesehatan mental.
11) Substance Abuse Counseling
Konseling penyalahgunaan zat adiktif menolong individu yang adiksi obat dan alkohol. Juga menolong anggota keluarga dan teman-teman dari adiksi yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka.
12) Transgender Counseling
Konseling transgender menolong individu transgender menerima keunikannya, ketimbang menolak, memberontak atau malu atau bingung tentang dirinya, dan sosial menerima apa adanya. Lebih mudah pribadi transgender mengisolasi diri, kadang mengundurkan diri atau merasa ditolak.
2.9
Pembinaan Disiplin
Keberhasilan
suatu organisasi dalam mencapai sesuatu tujuan selain sangat ditentukan oleh
dan mutu profesionalitas juga ditentukan oleh disiplin para anggotanya. Bagi
aparatur pemerin-tahan disiplin tersebut mencakup unsur-unsur ketaatan,
kesetiaan, kesungguhan dalam menjalankan tugas dan kesanggupan berkorban, dalam
arti mengorbankan kepentingan pribadi dan golongannya untuk kepentingan negara
dan masyarakat.
Dalam Pasal
29 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 dinyatakan bahwa “Dengan tidak
mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, maka untuk
menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, diadakan Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil”.
Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah peraturan yang mengatur mengenai
kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan
dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang “Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil”. Dalam Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
diatur ketentuan-ketentuan mengenai:
1. Kewajiban,
2. Larangan,
3. Hukuman disiplin,
4. Pejabat yang berwenang menghukum,
5. Penjatuhan hukuman disiplin,
6. Keberatan atas hukuman disiplin,
7. Berlakunya keputusan hukuman disiplin.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepuasan kerja itu penting dipelajari dalam kajian perilaku organisasi,
karena dengan mengetahui kepuasan kerja maka akan memudahkan bagi organisasi
untuk mengembangkan organisasinya tersebut.
Kepuasan kerja merupakan sebentuk rasa senang terhadap apa yang telah
dikerjakannya, namun kepuasan kerja bersifat subjektif. Kepuasan antara
individu satu dengan individu lainnya cenderung berbeda, karena setiap individu
mempunyai kriteria kepuasan tersendiri dalam mengukur tingkat kepuasan
hidupnya, namun kepuasan pegaawai dalam bekerja dapat dilihat dari bagaimana
kinerja pegawai tersebut namun hal tersebut tidak menjamin pegawai merasa puas
karena pada hakikatnya manusia tidak mempunyai rasa puas.
Kepuasan kerja (job satisfaction) mengacu pada keseluruhan sikap
yang akan terjadi pada diri setiap individu secara umum terhadap pekerjaannya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja di antaranya kondisi
kerja/lingkungan kerja, peraturan atau budaya organisasi serta karakteristik
organisasi, kompensasi yang memuaskan, efisiensi kerja dan partner kerja.
Berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Motivasi adalah
keadaan di mana usaha dan kemauan keras seseorang diarahkan kepada pencapaian
hasil-hasil atau tujuan tertentu.
2. Kepuasan kerja
merupakan suatu tanggapan emosional seseorang terhadap situasi dan kondisi
kerja.
3. Aspek-aspek kepuasan
kerja : kerja yang secara mental menantang, ganjaran yang
pantas, kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja yang mendukung,
dan kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan.
4. Ada beberapa teori
tentang motivasi dan kepuasan kerja, di antaranya adalah sebagai berikut :
Discrepancy Theory, Equity Theory, Opponent Theory – Process Theory, Teori
Maslow, Teori ERG Alderfer, Teori dua faktor dari Herzberg, dan Teori
McClelland.
5. Ada beberapa cara
untuk mengukur kepuasan kerja, di antaranya akan dijelaskan sebagai berikut :
Pengukuran kepuasan kerja dengan skala job description index,
pengukuran kepuasan kerja dengan Minnesota Satisfaction Questionare,
dan pengukuran kepuasan kerja berdasarkan ekspresi wajah.
Refrensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar